DPRa PKS Beji

Bersih Peduli Professional

“Capres Tua Jangan Kebakaran Jenggot”

Posted by pksbeji pada Juli 25, 2008

Hidayat Nurwahid

Hidayat Nurwahid

INILAH.COM, Jakarta – 25/07/2008 00:04 – R Ferdian Andi R – Gagasan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memunculkan calon presiden di bawah usia lima puluh tahun (balita) kian menghangatkan suasana politik nasional menjelang Pemilu 2009. Apalagi setelah pernyataan sikap itu mendapat tanggapan keras dari Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputeri.

 

Menurut mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid, harusnya publik dapat memahami konteks pernyataan sikap PKS. “Dudukkan konteks pernyataan capres balita itu sebagai sikap internal partai,” kata Hidayat kepada INILAH.COM di kampus UI Depok, Jawa Barat, Kamis (25/7).

Menurut Ketua MPR itu, harusnya pihak lainnya tidak perlu kebakaran jenggot mendengar pernyataan sikap itu. “Jangan kebakaran jenggot, palagi mereka yang tidak punya jenggot,” tukasnya. Siapa yang dimaksud Hidayat dengan istilah ‘yang tidak berjenggot’? Berikut ini wawancara lengkapnya:

 Bagaimana Anda menyikapi polemik capres balita antara Presiden PKS dan Ketua Umum DPP PDIP?

Tidak benar, bila pernyataan Presiden PKS dianggap menjegal capres lainnya yang dari unsur tua. Itu adalah sikap internal PKS. Jadi jika kemudian pernyataan sikap Presiden PKS didudukkan dalam konteks yang menyeluruh dan disikapi dengan arif dan bijaksana oleh capres lainnya, saya kira tidak ada yang perlu kebakaran jenggot, apalagi yang tidak punya jenggot.

Dudukkan dalam konteksnya. PKS tahu tidak ada dalam undang-undang yang membatasi umur capres. Singkatnya, Presiden PKS menegaskan sikap internal partai. Itu saja.

Bagaimana dengan gagasan, agar kaum muda duduk di posisi RI 2 (wakil presiden) saja?

Itu semua harus didudukkan dalam konteks demokrasi di Indonesia. Rujukannya adalah UU Pilpres. Jadi apakah pemintanan Tua-Muda, Muda-Tua, Tua-Tua, dan Muda-muda, sekali lagi pada akhirnya yang memutuskan adalah rakyat Indonesia. Selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan UUD 1945, semuanya menjadi mungkin.

Memang sebaiknya jangan golput, karena akan kontraprudktif dengan anggaran pemilu yang besar. Karena, sekali lagi, meskipun ada golput, pemilu akan tetap berlangsung. Saya tegaskan, akan lebih bermanfaat bangsa Indonesia untuk menggunakan hak pilihnya.

Gagasan capres balita oleh PKS apakah bagian dari pencitraan politik PKS yang memang saat ini menjadi tren?

Sebelum adanya tren anak muda memimpin, PKS telah menghadirkan pemimpin muda. Kita tahu mayoritas kader PKS adalah anak muda. Pilgub Jawa Barat, NTB, dan Bengkulu, calon PKS itu berusia 34 tahun. Jadi kepemimpinan muda di PKS adalah bagian dari jatidiri PKS. Jadi PKS bukan menunggangi tren yang sedang terjadi.

Sekarang ditegaskan sekali lagi, itu bertujuan agar pemilu dinamis, agar pemilu lebih berkualitas, calon maju bukan karena hanya dari parpol apa? Agar kalangan muda maju ke depan untuk memberikan alternatif.

Jika PKS mampu memperoleh suara 20% dalam Pemilu 2009, maka akan maju dengan calonnya sendiri. Apakah cawapresnya juga harus berusia di bawah lima puluh tahun?

Itu akan ditentukan oleh majelis syuro. Saat ini majelis syuro belum berkumpul.

Apa keinginan yang menguat di dalam sendiri?

Justru itu, karena mejelis syuro belum kumpul, maka kita belum tahu mana yang menguat dan mana yang melemah. Yang pasti itu akan ditentukan setelah Pemilu 2009.

Jadi belum pasti PKS mengusung capresnya sendiri?

Kalau target 20% dipenuhi, keputusan majelis syuro adalah mencalonkan kadernya.

Kabarnya sudah muncul 100 nama untuk diusung PKS menjadi capres 2009?

Ya hari ini (24/7) sudah di-publish. Tentu saja itu adalah inventarisasi dari PKS.

Bagaimana dengan gagasan koalisi partai Islam?

Itu wacana yang sedang digulirkan untuk mengulangi peristiwa dalam Pemilu 1999 dan Pemilu 2004. Tentu baik saja dalam konteks dinamisasi. Tapi tentu saja tidak dimaksudkan untuk mendikotomi partai Islam-Nasionalis dan kelompok nasional-sekuler. Jadi gagasan itu lebih untuk lebih dinamisasi dan menggairahkan, kemudian menghadirkan lebih banyak lagi.

Tapi banyak kalangan yang pesimistis terhadap gagasan koalisi poros Islam tersebut?

Boleh saja pesimis. Tapi pesimisme tersebut harusnya menjadi cambuk bagi kawan-kawan partai Islam untuk bekerja lebih keras, untuk menghadirkan yang baru. Bagaimana nantinya, tentu ini adalah persistiwa politik yang sangat terkait dengan hasil Pemilu 2009. Karena ternyata dalam pilkada, banyak peta yang berubah, banyak juga survei tidak akurat. Jadi terlalu banyak hal yang belum cair. Jadi jangan mengkultuskan pesimisme. [P1]

Tinggalkan komentar